Kamis, 03 November 2011

pemanfaatan energi alternatif


Pemanfaatan Energi
Alternatif
Krisis energi yang menimpa Indonesia ditandai dengan dicabutnya subsidi pada BBM menyebabkan kenaikan harga berbagai jenis BBM. Kenaikan ini memengaruhi kehidupan masyarakat baik secara langsung. Kenaikan ini diperparah dengan tidak jalannya jalur distribusi BBM kepada masyarakat yang disebabkan dialihkannya tanggung jawab mengenai perminyakan dari Pertamina kepada BP Migas berdasarkan UU yang baru. Hal-hal yang disebutkan di atas tentu menambah penderitaan masyarakat terutama dari golongan ekonomi lemah. Oleh sebab itu, perlu dipikirkan suatu langkah-langkah untuk menghadapi masalah-masalah yang disebutkan di atas.
Masyarakat di daerah pinggiran sudah mulai memakai kayu bakar dari hutan-hutan di sekitar mereka. Pemerintah mulai menganjurkan pemakaian briket batu bara sebagai bahan bakar alternatif walaupun memiliki banyak kelemahan di sana-sini. Langkah yang terlalu adalah pemberian subsidi kepada masyarakat dengan elpiji tabung 3 kg.
Langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam jangka pendek tersebut memang sudah menyentuh permasalahan masyarakat. Namun, untuk jangka panjang bukan suatu solusi yang tepat. Pemberian subsidi kepada elpiji juga adalah suatu solusi jangka pendek karena suatu saat akan habis dan kita sudah tentu akan mengimpor lagi. Selain itu, sekarang, DAS merupakan salah satu komoditas dari sektor migas. Sehingga tampak langkah yang diambil pemerintah hanya untuk jangka pendek dan hanya bersifat mengalihkan masalah. Sebaiknya langkah yang perlu diambil pemerintah selain hal di atas adalah pemberian bantuan dana penelitian. Dana itu bisa digunakan untuk pemanfaatan bahan-bahan di sekitar kita menjadi bahan alternatif dan sosialisasinya kepada masyarakat.
Sosialisasi ini awalnya dapat dilakukan dengan pendanaan di kantor-kantor pemerintahan baik yang bersifat struktural maupun fungsional. Jangan ada lagi sosialisasi yang bersifat sepihak yaitu masyarakat disuruh berhemat dan menggunakan bahan bakar alternatif. Namun, pihak pemerintah tidak pernah berhemat dan menghamburkan uang negara serta tidak menggunakan energi alternatif dengan alasan ini dan itu seperti yang terjadi selama ini. Hal-hal seperti ini mudah-mudahan tidak terjadi lagi di masa datang.
Selama ini, ada beberapa penelitian mengenai pemanfaatan sampah-sampah organik. Sampah organik tersebut untuk dijadikan energi alternatif yang secara swadaya dilakukan oleh individu atau lembaga-lembaga penelitian yang masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Salah satu penelitian mengenai pemanfaatan limbah organik adalah mengenai pemanfaatan limbah padat kelapa sawit yang berupa cangkang kelapa sawit dan tandan kosong kelapa sawit untuk dibuat menjadi briket bio arang.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa briket yang dihasilkan mempunyai nilai bakar yang cukup baik (5301.02 kal/gr). Hal ini telah dilakukan beberapa uji lainnya yang semua menunjukkan nilai yang cukup baik terutama mengenai emisi CO2 yang cukup rendah (28.12 mg/l). Selain itu, juga sudah dicoba untuk memasak beberapa jenis masakan yang juga menunjukkan hasil yang cukup baik dan masakan yang dihasilkan cukup wangi. Selain dari cangkang dan tandan kosong sawit sampah-sampah organik lainnya dapat dibuat menjadi briket arang dimana. Hal ini sudah tentu dapat membantu pemerintah dalam menanggulangi sampah perkotaan dan masalah penyediaan TPA (Tempat Pembuangan sampah Akhir). Selama ini, masalah tersebut yang selama ini hanya menggunakan sistem open dumping yang membutuhkan lahan yang luas dan menimbulkan masalah akibat bau busuk dan limbah yang dapat mencemari air tanah penduduk. Belum dimanfaatkan sistem sanitari landfill yang membutuhkan infestasi yang tinggi serta keuntungan penjualan kompos dan biogas belum dapat diprediksi menambah kompleksnya permasalahan persampahan di Indonesia. Oleh sebab itu, diusulkan teknologi pembuatan briket dikombinasikan dengan sistem persampahan sekarang (open damping) untuk mengatasi masalah sampah di beberapa daerah di Indonesia. Usul ini perlu dikaji lagi lebih mendalam dan dapat dijadikan bahan penelitian lanjutan kepada rekan-rekan dosen dan peneliti  di tanah air.
Energi alternatif  lain yang dapat digunakan adalah minyak nabati. Mengapa minyak nabati sebaiknya dipilih? Para ilmuan mengatakan minyak ini jauh lebih ramah lingkungan karena lebih bisa diuraikan dibanding minyak bumi. Bila tertumpah di tanah, minyak ini akan terurai hingga 98%nya. Sedangkan produk minyak bumi hanya akan terurai 20–40% saja. Minyak nabati adalah sumber yang bisa diperbaarui. Saat pasokan berkurang, tanaman-tanaman seperti kedelai atau jagung bisa segera ditanam untuk diambil minyaknya, suatu hal yang sekaligus memberi keuntungan industri pertanian. Minyak bumi, di lain pihak, adalah sumber yang tidak dapat diperbarui. Saat persediaan menipis maka kita tidak dapat membuat minyak bumi. Tambahan lagi, berdasarkan penelitian Departemen Energi AS, minyak nabati yang dipakai pada mesin mengurangi hamper semua bentuk polusi udara disbanding penggunaan minyak bumi. Minyak ini juga tidak menghasilkan emisi karbondioksida yang menjadi penyebab utama pemanasan global. Lebih dari itu, penggunaan minyak nabati sebagai pengganti minyak bumi diperkirakan dapat mengurangi resiko kanker hingga 94%.
Bahan / sumber energi alternatif
Energi yang sering kita pakai sehari-hari semakin lama semakin berkurang atau menipis. Karena banyaknya pemakaian yang tidak terkontrol sehingga menimbulkan kelangkaan atau bahkan habis sama sekali. Untuk itu sekarang perlu dipikirkan adanya energi alternative untuk pengganti dari energi yang biasanya sering dipakai . Dibawah ini adalah berbagai sumber energi alternatif yang dapat kita manfaatkan, selain akan membantu udara untuk jadi bersih, penghematan juga akan dapat dilakukan.
·         Angin :
Tenaga kinetik angin sekarang sudah mulai banyak dipergunakan sebagai pemutar angin dengan menggunakan turbin angin baik untuk rumah maupun untuk keperluan bisnis. Satu turbin angin dapat berharga dua setengah milyar rupiah sampai dengan 10 milyar rupiah, tergantung dari ukurannya. Tapi satu turbin saja dapat menghidupi sampai dengan tiga puluh rumah, tapi karena angin tidak selalu bertiup, tenaga cadangan harus selalu tetap tersedia, misalnya dari PLN.
·         Matahari.
Negara kita yang kaya matahari tampaknya sangat cocok menggunakan sumber daya ini. Coba gunakan atap yang terbuat dari sistem tenaga surya yang disebut sel fotovoltaik. Harganya memang tidak murah, untuk atap ukuran standar dapat mencapai 200 juta rupiah. Tapi sistem ini sangat mengurangi tagihan listrik pemilik rumah, apalagi dengan sistem tagihan PLN yang ada sekarang.
Biodiesel. Bahan dasar bahan bakar ini dibuat dari tumbuhan seperti kedelai, kelapa dan sebangsanya, biodiesel adalah bahan bakar non-toxic yang dapat dicampurkan dengan minyak diesel biasa atau digunakan sebagaimana adanya untuk mengurangi emisi.
·         Nuklir.
Dengan bahan bakar uranium, logam yang ditemukan di bebatuan, dan diproses di reaktor nuklir, energi panas yang ada akan digunakan sebagai bahan untuk memutar turbin yang ada. Sumber energi ini tidak melepaskan emisi gas rumah kaca dan tidak malah. 20% sumber listrik di Amerika sudah berbahan bakar nuklir.
Hidrogen. Bagaimana caranya anda menciptakan sumber daya yang sama sekali tidak mengeluarkan apapun kecuali air bersih? Jawabannya adalah sel bahan bakar hidrogen. Masalah yang ada sekarang adalah untuk memisahkan hidrogen dari bentuk komposisinya, misalnya rantai karbon atau air, berarti menggunakan sumber daya lainnya. Penyimpanan hidrogen juga tidak mudah, karena kepadatannya sangat rendah, maka sangatlah sulit untuk menempatkan hidrogen dalam jumlah besar dalam ruangan yang sempit. Oleh karena itulah, walaupun banyak kendaraan mulai menggunakan hidrogen sebagai bahan bakarnya, masih sulit didirikan stasiun pengisian hidrogen.

Cara pengolahan nya :
Biogas adalah sumber energi alternatif dengan menipisnya kandungan minyak bumi. Ini perlu dilakukan karena pertumbuhan penduduk semakin pesat akan mempengaruhi tingkat kebutuhan energi yang besar. Selama ini minyak bumi menjadi sumber energi yang utama. Adanya eksploitasi penduduk maka kebutuhan energi juga akan meningkat tajam. Lama kelamaan sumber energi minyak bumi akan habis.
Banyak cara dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Misalnya mencari alternatif untuk dapat menciptakan sumber energi baru. Saat ini banyak dilakukan oleh banyak kalangan untuk menciptak sumber energi baru. Alternatif yang dikembangkan antara lain energi panas matahari, energi air, nuklir, gas bumi dan lain – lain. Akan tetapi energi alternatif yang murah dan mudah dibuat juga sedang banyak dilakukan.
Cara tersebut yaitu dengan pemanfaatan sumber gas bio. Gas bio berasal dari kotoran sapi atau hewan lain yang dimanfaatkan gasnya. Dengan pemanfaatan gas dari kotoran sapi akan dimanfaatkan secara dua arah. Gas dari kotoran dapat digunakan sebagai sumber energa untuk masak dan penerangan. Sedang sisa kotoran dimanfaatkan untuk pupuk yang mengandung unsur hara yang tinggi.
Gas bio itu sering disebut dengan teknologi biogas. Biogas merupakan pemanfaatan sumber gas yang berasal dari kotoran ternak. Peralatan yang dibutuhkan adalah instalasi biogas berfungsi untuk menetralisir polusi kotoran ternak. Untuk membangun sebuah instalasi  biogas  (Biodigester) yang bisa meme.uhi kebutuhan energi rumah tangga, sebuah rumah tangga harus memiliki minimal 3 ekor sapi. Energi dari tiga ekor sapi ini bisa dimanfaatkan untuk memasak, memanaskan air, maupun penerangan (lampu petromaks).

Pembuatan biogas tidak terlalu sulit. Berikut gambaran sederhana rangkaian untuk membuat biogas sehingga gas dari kotoran dapat dimanfaatkan dan kotoran tidak berbau. Sebagai gambaran caranya sebagai berikut :
1. Yang pertama dilakukan adalah menyediakan wadah atau bejana untuk    mengolah kotoran organik menjadi biogas. Kalau hanya diperuntukkan    secara pribadi, cukup menggunakan bak yang terbuat dari semen yang    cukup lebar atau drum bekas yang masih cukup kuat. Selain itu    perlunya kesediaan kotoran hewan (baik sapi maupun kambing) yang    merupakan bahan baku biogas.

2. Proses kedua adalah mencampurkan kotoran organik tersebut dengan    air. Biasanya campuran antara kotoran dan air menggunakan    perbandingan 1:1 atau bisa juga menggunakan perbandingan 1:1,5. Air    berperan sangat penting di dalam proses biologis pembuatan biogas.    Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu    sedikit (kekurangan).

3. Temperatur selama proses berlangsung, karena ini menyangkut    "kesenangan" hidup bakteri pemroses biogas antara 27 - 28 derajat    celcius. Dengan temperatur itu proses pembuatan biogas akan berjalan    sesuai dengan waktunya. Tetapi berbeda kalau nilai temperatur    terlalu rendah (dingin), maka waktu untuk menjadi biogas akan lebih    lama.

4. Kehadiran jasad pemroses, atau jasad yang mempunyai kemampuan untuk    menguraikan bahan-bahan yang akhirnya membentuk CH4 (gas metan) dan    CO2. Dalam kotoran kandang, lumpur selokan ataupun sampah dan    jerami, serta bahan-bahan buangan lainnya, banyak jasad renik, baik    bakteri ataupun jamur pengurai bahan-bahan tersebut didapatkan. Tapi    yang menjadi masalah adalah hasil uraiannya belum tentu menjadi CH4    yang diharapkan serta mempunyai kemampuan sebagai bahan bakar.

5. Untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana)    kotoran organik harus bersifat anaerobik. Dengan kata lain, tangki    itu tak boleh ada oksigen dan udara yang masuk sehingga    sampah-sampah organik yang dimasukkan ke dalam bioreaktor bisa    dikonversi mikroba. Keberadaan udara menyebabkan gas CH4 tidak akan    terbentuk. Untuk itu maka bejana pembuat biogas harus dalam keadaan    tertutup rapat.

6. Setelah proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu      didiamkan, maka gas metan sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk    keperluan memasak. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan    dalam memanfaatkan biogas. Seperti misalnya sifat biogas yang tidak    berwarna, tidak berbau dan sangat cepat menyala. Karenanya kalau    lampu atau kompor mempunyai kebocoran, akan sulit diketahui    secepatnya. Berbeda dengan sifat gas lainnya, sepeti elpiji, maka    karena berbau akan cepat dapat diketahui kalau terjadi kebocoran    pada alat yang digunakan. Sifat cepat menyala biogas, juga merupakan    masalah tersendiri. Artinya dari segi keselamatan pengguna. Sehingga    tempat pembuatan atau penampungan biogas harus selalu berada jauh dari sumber api yang kemungkinan dapat menyebabkan ledakan kalau    tekanannya besar.
Contoh industri yang mengunakan energi alternatife :
Kenaikan harga bakar minyak (BBM) pada Maret 2005, mendorong industri beralih 100% menggunakan pasokan listrik PLN, akibatnya konsumsi meningkat 200 MW-300 MW per bulan. Keruan saja PLN pun akan berlakukan tarif khusus untuk industri pada beban puncak mulai September, akibat tingginya lonjakan konsumsi listrik. PLN mencatat industri merupakan konsumen energi terbesar dibandingkan rumah tangga, komersial dan transportasi. Sejak 1 Maret, harga minyak tanah untuk industri ditetapkan Rp2.200/liter naik dari sebelumnya Rp1.000/liter. Sedangkan per 1 Agustus harga solar industri dinaikkan menjadi Rp5.480/liter. Sementara harga minyak mentah di pasar internasional terus bergerak naik di atas US$60-an, bahkan bukan tidak mungkin menurut para analis pasar, harga bisa menembus angka US$70-an. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga minyak dunia nantinya akan berimbas pada kenaikan harga produk lainnya. Orang nomor satu di republik ini pun menyerukan penghematan energi secara nasional, sehingga diharapkan mengurangi konsumsi BBM sebesar 5%-10%. Seruannya itu pun diluncurkan saat kunjungannya ke Beijing, China akhir Juli lalu. Bahkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) kian agresif mengkampanyekan penggunaan bio-oil sebagai alternatif di industri tekstil, karena diketahui bisa memberikan penghematan biaya produksi. Sedangkan Manajemen PT Toyota Astra Motor menilai gasohol [campuran gasoline dan alkohol] layak dikembangkan menjadi energi alternatif, yang bersumber dari bahan baku singkong. Deputi Menteri Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawady mengatakan pemerintah akan memberikan insentif bagi pelaksana R&D biodiesel yang berbahan baku crude palm oil (CPO) sebagai pengganti solar. Selain CPO ada 40 jenis minyaklain yang dapat menjadi bahan baku biodiesel a.l. minyak kelapa, kapuk, jarak. Makin tingginya harga BBM menuntut para pelaku ekonomi makin kreatif. Sebut saja dari mulai pengolahan minyak jelantah, minyak sawit yang dijadikan biodiesel, seolah menjadi keharusan bagi para produsen untuk kreatif memproduksi sumber energi alternatif. Adalah PT Rajawali Nusantara Indonesia -BUMN yang mengelola delapan pabrik gula-yang juga mencoba menghasilkan sumber-sumber energi alternatif pengganti BBM dalam upaya langkah efisiensi. Sebelumnya beberapa bahan bakar alternatif telah digunakan pabrik gula PT RNI a.l. bahan bakar daduk (daun kering tebu) dan kayu disamping ampas tebu dan residu (BBM), bahan bakar grajen (serutan kayu) dan batubara, serta sekam padi. Upaya efisiensi penggunaan energi telah dilakukan pabrik gula RNI sejak 2003. (lihat tabel) Dari hasil efisiensi yang didapat dari energi alternatif penggunaan bahan bakar non BBM, berhasil menekan penggunaan residu/solar yang cukup signifikan, yaitu dari 16.411.654 liter pada 2002 menjadi 12.429.520 liter pada 2004. Dan pada 2005 ini diharapkan hanya sekitar 10 juta liter. Meski konsumsi solar di RNI menurun, tetapi harga solar melonjak naik. Pada 2002, ketika harga solar masih Rp1.300 per liter, RNI harus mengeluarkan biaya Rp21,3 miliar, sedangkan konsumsi solar pada tahun ini diperkirakan 10 juta liter dengan harga solar Rp2.200 per liter maka pengeluaran menjadi Rp22 miliar. Apalagi mulai 1 Agustus 2005, pemerintah menaikan harga solar bagi industri menjadi Rp5.480 per liter maka pengeluaran RNI untuk BBM akan makin membengkak. Untuk itulah pada tahun ini, PT RNI mencoba mengembangkan tanaman jarak (Jatropha curcas oil) yang bisa menghasilkan minyak sebagai bahan bakar alternatif dan akan dikembangkan secara komersial mulai 2006, dan akan digunakan dalam menggerakkan mesin pabrik dan prosesing nira menjadi gula. Dalam proses produksi gula, RNI memang banyak menggunakan solar sebagai bahan bakar untuk menggerakan peralatan pabrik dan prosessing nira menjadi gula. Selain BBM, ampas tebu kerap digunakan sebagai sumber energi di pabrik gula. Karena bahan bakar dibutuhkan untuk menghasilkan tenaga uap pada boiler yang berguna untuk menggerakkan altenator (penghasil listrik), menggerakkan peralatan pabrik dan proses pembuataannira menjadi gulan. Untuk itulah manajemen RNI, dalam waktu dekat akan bekerjasama dengan Pemda Purwakarta untuk mengembangkan tanaman jarak. Pemda tersebut yang akan menyediakan lahan kritis atau lahan gundul seluas 2.000 - 2.500 Ha untuk ditanami tanaman jarak, dan RNI akan investasi pabrik dan mesin pengolahan minyak jarak tersebut. Konon untuk investasi tanaman jarak seluas 2.500 Ha, satu unit pabrik, tempat penyimpanan, lahan inti dan memberikan penyuluhan kepada petani tentang bagaimana menanam dan mengolah jarak membutuhkan dana sekitar Rp8 miliar. Buah tanaman jaraknya akan dibeli RNI dan diolah untuk menjadi minyak yang akan digunakan untuk bahan bakar mesin pabrik RNI. Pabrik minyak jarak di Purwakarta itu sendiri diperkirakan mulai produksi pada Agustus 2006. Saat ini, RNI sudah menanam pohon jarak di atas tanah seluas 850 Ha di Indramayu, di sekitar pabrik gula Jati VII. Penjajakan dengan Pemda Indramayu untuk memanfaatkan lahan kritis, atau gundul di sekitar daerah itu, untuk ditanami pohon jarak terus dilakukan RNI. Sementara pabrik pengolahannya pun akan dibangun di lokasi tersebut. Pengembangan bisnis minyak jarak ini diyakini manajemen RNI dapat membantu petani di daerah pengembangan tanaman tersebut, dan juga mengatasi pengangguran. Menurut hitung-hitungan RNI, petani akan mendapatkan pendapatan tambahan sebesar Rp6,5 juta per hektar per tahun dari pengelolaan perkebunan pohon jarak. Minyak jarak secara teknis dapat menggantikan minyak diesel karena cetane number minyak jarak lebih tinggi dari pada minyak diesel. Hanya viskositas minyak jarak lebih tinggi dibandingkan minyak diesel. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan sistem pemanasan yang temperaturnya mencapai 70-80 derajat Celsius. Sedangkan secara aspek ekonomis, dengan asumsi 1.000 Ha tanaman jarak pagar (2.500 pohon per Ha) bisa menghasilkan buah sebanyak 12.500 ton (hasil buah per pohon sekitar 5 kg/per/tahun). Minyak yang dihasilkan minimal 2.925 ton solar dan 1.575 ton residu setiap tahun (rendeman 35%) setara dengan 4.755.435 liter minyak (BD minyak 0,92 kg/liter), sehingga harga pokok minyak jarak per liter diperkirakan mencapai Rp1.800. Bila asumsi penggunaan solar yang akan diganti dengan minyak jarak sebanyak 10 juta liter per satu masa giling, maka penghematan yang diraih RNI mencapai Rp8 miliar (dengan asumsi harga solar untuk industri Rp2.600 per liter). Menurut kajian Robert Manurung MEng, Departemen Teknik Kimia ITB dan Rama Prihadana, Direktur Utama PT RNI, setiap satu hektar lahan tanaman jarak dibutuhkan tiga orang tenaga kerja, dan untuk 1.000 Ha lahan diperlukan satu unit pengolahan minyak jarak (UPMJ). Sedangkan harga pengolahan produksi jarak untuk menjadi solar sekitar Rp1.500 per liter dan untuk residu Rp600 per liter. Bila program penanaman jarak itu dilakukan secara massal di lahan gundul atau kritis, kajian itu menyebutkan, akan diperoleh dua hal yang sangat positif, yaitu reboisasi di lahan tandus/gundul dan menciptakan bahan bakar alterntif. Atau bahkan bila sebagai program secara nasional diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan dan pembangunan pedesaan.